Uber Digugat Class Action Ribuan Sopir Taksi Di Australia
Sebuah firma hukum besar di Australia meluncurkan gugatan class action terhadap Uber, dalam apa yang diklaimnya sebagai "perkara hukum terbesar" dalam sejarah Australia.
Ribuan pengemudi taksi dan mobil sewaan, operator dan pemilik lisensi di New South Wales, Victoria, Queensland, dan Australia Barat diperkirakan akan bergabung dalam gugatan class action yang akan diajukan oleh firma hukum Maurice Blackburn.
Kasus ini akan diajukan di Mahkamah Agung Victoria akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Argumen utamanya adalah bahwa Uber, yang awalnya dioperasikan "secara ilegal" dari tahun 2014, telah ACT ACT menjadi yurisdiksi pertama di Australia yang melegalkan beroperasinya Uber pada Oktober 2015.
Sejak itu, seluruh negara bagian dan teritori telah mengikuti dan yang paling baru adalah Northern Territory pada awal Juli lalu.
Mereka juga menyalahkan perusahaan berbagi tumpangan global ini telah untuk membanjiri pasar dengan pengemudi yang tidak diatur dan menyebabkan nilai bisnis penyewaan taksi merosot dari $ 500.000 (Rp 5,2 miliar) menjadi sekitar $ 50.000 (Rp 525 juta).
"Saya sudah mendatangi seluruh negara bagian dan berbicara dengan supir taksi dan mereka semua menceritakan kisah yang sama: bisnis mereka menurun ketika Uber tiba," kata Elizabeth O'Shea, pengacara senior di Maurice Blackburn.
"Uber mendapat keuntungan yang tidak adil karena mereka tidak bermain sesuai aturan.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata