Udara Panas Siksa Petenis
Selasa, 20 Januari 2009 – 09:05 WIB

Udara Panas Siksa Petenis
Hal serupa, meski dengan efek berbeda, dirasakan finalis 2006 Marcos Baghdatis (Siprus). Dia mengaku mau muntah karena panas. ''Kondisinya, (pancaran matahari) sangat kuat. Berada di sana, Anda tak bisa bernafas. Saya hanya ingin muntah,'' papar Baghdatis.
Baca Juga:
Sementara, petenis 16 tahun asal Australia, Bernard Tomic, punya kiat jitu untuk menghalau sulitnya pandangan di lapangan akibat pancaran matahari. Dia memakai kacamata hitam saat mengalahkan Potito Starace (Italia). ''Anda tak bisa melihat pantulan bola dengan baik. Memakai kacamata sangat membantu saya. Ini melindungi mata,'' ujar petenis yang baru pertama kali mencicipi babak utama grand slam itu.
Ajang Australia Terbuka yang biasanya digelar menjelang akhir Januari tepat jatuh pada periode terpanas dalam satu tahun di Negeri Kanguru itu. Beberapa antisipasi dilakukan pihak penyelenggara untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Dalam kasus-kasus ekstrem ketika panas mencapai lebih dari 40 derajat celcius dan berkelembaban tinggi, ofisial pertandingan berhak menghentikan permainan dan meminta atap lapangan ditutup. (ady/cfu)
MELBOURNE - Terik matahari merupakan problem tersendiri bagi peserta Australia Terbuka 2009. Januari merupkan musim panas di Australia. Pada gelaran
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Marc Marquez Terus Mendominasi, Ducati Beri Warning kepada Pecco Bagnaia?
- Peringati HUT Ke-91, GP Ansor Gelar Gowes 91 Km, Menpora Sediakan Doorprize Umrah
- 389 Tim Siap Berpartisipasi di BALI 7s 2025 Presented By Bank Mandiri
- Misi Meregenerasi Pemain Bali United Selesai, Pelatih Teco Beber Rencana Masa Depan
- Makna Gol Gustavo Franca saat Persib Hantam Bali United
- Finalis NBA Tahun Lalu Tumbang, Grizzlies Masuk Playoffs