Uduk Babi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Uduk Babi
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kendati tidak merujuk langsung kepada Gus Miftah, tetapi UAH jelas merespons unggahan Gus Miftah. 

Menurut UAH, kalau ada pertanyaan sejak kapan rendang punya agama, jawabnya adalah sejak batik, calung, dan angklung punya kewarganegaraan. 

UAH melihatnya dari perspektif akulturasi budaya. Selama ini Indonesia mengeklaim batik sebagai produk budaya nasional, meskipun variannya berkembang luas di Asia Tenggara dengan berbagai macam motif khas daerah masing-masing. 

Di Afrika Selatan pun, sebagian masyarakat mengenal batik terutama karena mantan Presiden Nelson Mandela sering mengenakannya dalam berbagai kesempatan.

Ketika beberapa waktu yang lalu batik diklaim sebagai produk budaya Malaysia, publik Indonesia meradang dan memprotes keras. 

Hal yang sama juga terjadi ketika reog Ponorogo diklaim sebagai budaya Malaysia. 

Publik Indonesia sudah menganggap reog sebagai produk budaya asli Ponorogo, tetapi Malaysia mengklaim punya varian yang beda dengan pakem reog Ponorogo. 

Publik Indonesia tidak bisa menerima argumen itu. 

Ribut-ribut soal rendang babi belum reda. Sekarang muncul lagi menu masakan nasi uduk dengan lauk babi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News