Ujian Nasional
Oleh: Dahlan Iskan
Beberapa hari kemudian Mahathir kian terjepit. Ia dikritik habis akibat tidak segera mengangkat Mendiknas.
Akhirnya ia temukan Dr. Maszlee itu. Dari partainya sendiri, Pribumi Bersatu. Maszlee lulusan University of Al Bayt, Jordania. Gelar doktornya dari Durham University, Inggris.
Latar belakang seperti itu membuat Dr Maszlee mampu berbahasa Melayu, Inggris, Arab, dan Mandarin.
Program kementeriannya pun difokuskan untuk membuat Bangsa Malaysia mampu menjadi produsen --bukan hanya konsumen.
Namun, yang membuat heboh adalah satu ini: ia mengharuskan semua sekolah mengajarkan 'khat' --menulis Jawi. Yakni tulisan Arab, tetapi bunyinya Melayu. Seperti yang juga dipakai di Riau. Atau di pesantren-pesantren di Jawa zaman dulu: tulisannya Arab, tetapi bunyinya Jawa.
Yang membuat penolakan sangat luas adalah: kewajiban itu termasuk untuk sekolah berbahasa Tionghoa dan berbahasa Tamil.
Di lain pihak Dr. Maszlee tidak segera membuat keputusan soal persamaan ijazah UEC.
Pun setelah kabinet berumur 1,5 tahun. Akibatnya DAP terjepit oleh konstituennya. Yang terus menuntut 'mana janji untuk persamaan ijazah itu'.