Ukiran Batu Aborigin Berusia 14 Ribu Tahun Dikembalikan dari Museum ke Tempat Asalnya
"Mengapa kita tidak menggunakan beberapa petroglif tertua di dunia sebagai kesempatan belajar dan bahan untuk rekonsiliasi?" ujarnya.
"Kita dapat menempatkannya di museum lokal atau dibuatkan fasilitas di dekat preminghana," tambahnya.
Namun Rebecca mengaku pihaknya telah berkonsultasi dengan ratusan orang di wilayah tersebut.
Mengambil tanpa izin
TMAG dan Royal Society of Tasmania secara terbuka meminta maaf pada Februari 2021, mengakui pihaknya "hampir 200 tahun melakukan praktik yang salah secara moral".
Pada zaman kolonial, organisasi-organisasi itu terlibat dalam penggalian jenazah warga Pribumi Australia atas nama ilmu pengetahuan dan mengambil artefak suci tanpa izin.
Dewan Kota Launceston, yang mengelola Museum dan Galeri Seni Queen Victoria, meminta maaf kepada penduduk Pribumi Australia di Tasmania pada tahun 2020, meskipun tidak secara khusus tentang petroglif atau artefak.
Direktur TMAG Mary Mulcahy mengatakan museum mengakui bahwa materi yang penting secara spiritual dan budaya dan yang diperoleh secara tidak etis harus "dikembalikan ke pemiliknya yang sah tanpa syarat".
Dia mengatakan museum telah "meminta maaf tanpa pamrih atas praktiknya di masa lalu — termasuk penghapusan petroglif preminghana pada tahun 1960-an — yang mengakibatkan luka batin dan penderitaan luar biasa bagi orang-orang Pribumi Australia di Tasmania".
Ukiran batu purba karya milik warga Pribumi Australia akhirnya dikembalikan ke tempatnya semula di Tasmania, setelah diambil paksa dari sana pada tahun 1960-an
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan