Ukraina
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Namun, sejak Taiwan memisahkan diri dari daratan China pada 1949 sampai sekarang tidak pernah terjadi perang terbuka. Konflik kecil seringkali terjadi, tetapi belum pernah terjadi sekalipun perang terbuka.
China tentu berhitung karena Taiwan mendapat perlindungan penuh dari Amerika. Setiap saat China menyerang Taiwan, Amerika pasti siap sedia untuk membela. Karena sama-sama tahu kekuatan masing-masing maka konflik terbuka tidak pernah terjadi. Kedua belah pihak sama-sama melakukan deterrence, tindakan menahan diri.
Faktor deterrence ini menjadi salah satu rem yang pakem untuk menghindari perang. Rasa takut terhadap lawan menjadi faktor deterrence yang sangat penting. Kendati demikian, ada faktor deterrence lain yang lebih penting untuk menghindari perang, yaitu faktor keinginan untuk maju dan modern.
Ahli Politik Kishore Mahbubani menyebut faktor ini sebagai ‘’march to modernity’’ derap menuju modernitas. Setiap orang ingin merasakan modernitas dan kemajuan eknonomi supaya bisa merasakan kesejahteraan hidup dan meninggalkan kesengsaraan akibat kemiskinan.
Derap menuju modernitas ini menjadi faktor yang tumbuh sangat kuat di wilayah Asia. Negara-negara Asia sekarang tengah berpacu menuju modernitas, dan karena itu mereka fokus untuk mengejar kemajuan ekonomi dan menghindari konflik dan peperangan.
Faktor ini akan menjadi sumber kekuatan Asia, yang oleh Mahbubani disebut akan menjadi ‘’hemisphere baru dunia’’ atau punjer dunia. Selama ini punjer kemajuan dunia berpusat di Barat dan Amerika. Namun, dalam waktu dekat punjer itu akan bergeser ke Asia.
Hal itu diprediksi Mahbubani dalam buku ‘’Asia Hemisfer Baru Dunia’’ yang terbit pada 2008. Ketika itu sudah mulai terlihat ada kebangkitan demokrasi di wilayah Timur Tengah yang selama ini dianggap sebagai ‘’dead spot’’ demokrasi.
Namun, Mahbubani melihat optimisme terhadap demokratisasi di dunia Arab. Ia justru melihat bahwa kesadaran masyarakat Arab terhadap hegemoni Barat di Timur Tengah yang harus dilawan, tidak harus dimulai dari luar negara mereka sendiri, tetapi dimulai dengan mengubah status quo dengan mengganti rezim sehingga bisa melawan hegemoni Barat.
Rusia sudah menyiapkan ribuan pasukannya di perbatasan Ukraina dan siap melakukan serangan militer.
- Solidaritas Pangan Dunia: Program ‘Grain from Ukraine’ Membantu Negara Terdampak Krisis
- Pelaku Utama Laboratorium Narkotika Rahasia di Bali Asal Ukraina
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Kabur ke Rusia, Bashar al-Assad dan Keluarganya Kantongi Suaka
- Tanda-Tanda dan Kronologi Kejatuhan Bashar al-Assad di Suriah
- Militan Suriah Menang, Bashar Menghilang, Dinasti Assad Tumbang