Ulama pun Ikut Menolak Lima Hari Sekolah

 Ulama pun Ikut Menolak Lima Hari Sekolah
Anak-anak Taman Pendidikan Quran (TPQ) Plus Baiturrahman Banda Aceh dibimbing oleh ustadzah Ona Tia, 25, bermain di halaman Masjid Baiturrahman. Foto Boy Slamet/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com, SAMPANG - Pengasuh Ponpes Al-Hikam, Tonjung, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Jawa Timur, Kiai Haji Nuruddin A Rahman mengkritik kebijakan lima hari sekolah yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Menurutnya, kebijakan itu harusnya dikaji dulu biar tidak menimbulkan keresahan di dunia pendidikan. Alasannya, penerapan full day school akan berdampak buruk tanpa kajian yang komprehensif.

”Harusnya semua aspirasi diserap terlebih dahulu. Apakah kebijakan tersebut bisa diterapkan secara menyeluruh atau tidak. Kemudian apa saja dampaknya,” kata Nuruddin seperti yang dilansir Radar Madura (Jawa Pos Group), Rabu (14/6).

Nuruddin mengungkapkan, jika pemerintah memaksa menerapkan akan berdampak pada kemerosotan pendidikan nonformal. Terutama madrasah diniyah atau taman pendidikan Alquran (TPQ).

Karena itu, ketua Badan Silaturahmi Ulama Pesantren Madura (Bassra) ini menyatakan, full day school belum layak diterapkan. ”Ini bisa mengancam keberadaan ponpes,” tambahnya. (bad/c8/luq)


Pengasuh Ponpes Al-Hikam, Tonjung, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Jawa Timur, Kiai Haji Nuruddin A Rahman mengkritik kebijakan lima hari sekolah yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News