Ulang Pantun

Oleh: Dahlan Iskan

Ulang Pantun
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Artinya, berpantun itu tidak boleh sembarangan. Ada aturan, dan kaedahnya, terutama pada sampirannya.

Dari pantun diketahui berilmu tidaknya yang berpantun. Jika tidak, dia akan ditertawakan orang.

Lihatlah pantun ini:

”Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh beribu batu
Hilang di mata di hati jangan“

Ini pantun lama yang sangat dikenal di dunia Melayu. Bukan saja karena isinya yang menunjukkan bagaimana perasaan rindu itu tak kenal batas dan waktu. Tapi juga lihatlah sampirannya. Yang sarat makna.

Ikan sembilang itu punya sengat yang berbisa, tapi kenapa boleh diletakkan di telapak tangan? Ternyata pucuk pauh dan delima batu itu adalah penawar racun.

Itu contoh sampiran pantun yang sangat berkualitas dan sampiran (pembayang) yang menunjukkan pencipta pantun itu berilmu.

Karya sastra yang demikian itu, menempatkan pantun sebagai salah satu karya sastra lisan dunia melayu paling tua. Lebih tua dari syair dan genre sastra lama.

Awalnya bertepuk sebelah tangan: tidak ada yang menghiraukan. Mungkin karena pantunnya sarat dengan nasihat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News