Ulat Sagu, Rahasia Peraih Medali Emas Binaraga PON Papua

Ulat Sagu, Rahasia Peraih Medali Emas Binaraga PON Papua
Peraih emas cabor binaraga kelas 75 kg PON Papua Edoardus Apcowo berpose dengan medali emas di Auditorium Uncen, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (4/10). Foto: ANTARA/Andi Firdaus

Oto menyebutkan rasa ulat sagu mirip dengan sensasi menyantap potongan lemak daging sapi, tetapi dengan semburat rasa gurih yang lebih kuat. Sajiannya disarankan dengan cara dibakar biar lebih sedap di mulut.

"Ulat sagu ini bisa dimasak dengan cara dibakar atau direbus. Namun, lebih sedap dibakar," katanya.

Sajian lain bisa dilakukan dengan cara dibakar lalu dibungkus dengan varian daun lalapan, seperti yang dilakukan atlet Papua peraih emas binaraga di kelas 75 kg PON Papua Edoardus Apcowo.

"Kalau saya biasanya dibungkus dengan lalapan daun. Kalau menurut saya ulat sagu lebih mirip sama rasa ikan salmon. Sangat cocok buat protein tubuh," katanya.

Peraih medali emas PON XVIII Riau 2012 itu justru mengecap rasa gurih ulat sagu berasal dari kandungan lemak larva berwarna putih dan terlihat gemuk itu.

"Baik untuk protein dan otot. Karena dia punya lemak itu bukan lemak jenuh," katanya.

Edo menyebut ulat sagu cocok bagi atlet pemula yang ingin merintis karier di binaraga sebab harga jualnya yang relatif terjangkau.

Harga ulat sagu di sejumlah lokasi kuliner di Papua dibanderol seharga Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per 25 ekor.

Peraih medali emas binaraga PON Papua mengungkap ulat sagu menjadi alternatif asupan protein.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News