Ultah Jakarta, Kiprah 'Gubernur Maksiat' Membangun DKI dengan Duit Judi

Ultah Jakarta, Kiprah 'Gubernur Maksiat' Membangun DKI dengan Duit Judi
Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 Ali Sadikin. Foto: reproduksi dari foto karya Desmaizal Zainal untuk sampul buku Pers Bertanya Bang Ali Menjawab

Bang Ali menyeleksi warga nonpribumi yang diizinkan berjudi. Dia memiliki daftar penjudi yang sering mengadu untung di luar negeri.

“Untuk yang pribumi, hanya mereka yang sudah kronis. Saya punya daftar orang-orang yang biasa datang ke Macao dan tempat-tempat perjudian lainnya,” katanya dalam rubrik wawancara majalah Humor edisi Oktober 1992.

Menurut Bang Ali, dirinya pernah mendatangi pemerintah pusat untuk membahas anggaran pembangunan DKI. Walakin, pemerintah pusat tidak punya cukup duit untuk membangun Jakarta secara masif.

Akhirnya judi menjadi solusi dan dari situlah Pemprov DKI membangun sekolah, puskesmas, pasar, jalan, dan lain-lain. Memang ada yang protes dengan kebijakan itu.

Akan tetapi Bang Ali punya jurus jitu untuk meladeni protes itu. "Bapak-bapak, kalau mau tinggal di Jakarta, sebaiknya beli helikopter karena jalan-jalan di DKI dibangun dengan pajak judi," kilahnya.

Bagaimana soal Kramat Tunggak?

Bang Ali juga punya alasan untuk itu. Dia mendirikan lokalisasi prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu justru demi ketertiban.

Menko Bidang Kemaritiman Kabinet Dwikora itu tidak tidak mau para pekerja seks komersial (PSK) berkeliaran di jalanan ibu kota. Pada 1965, tuturnya, mencari PSK di Jakarta sangat gampang.

Bang Ali semasa menjadi gubernur DKI melegalkan perjudian, mendirikan lokalisasi Kramat Tunggak, dan mengizinkan kelab malam serta tempat-tempat sauna.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News