Ultah Jakarta, Kiprah 'Gubernur Maksiat' Membangun DKI dengan Duit Judi

Ultah Jakarta, Kiprah 'Gubernur Maksiat' Membangun DKI dengan Duit Judi
Gubernur DKI Jakarta 1966-1977 Ali Sadikin. Foto: reproduksi dari foto karya Desmaizal Zainal untuk sampul buku Pers Bertanya Bang Ali Menjawab

Dia memperoleh ide itu dari pengalamannya saat belajar di Advanced Course for Officers of The MArine Corsp School di Amerika Serikat pada 1954.

Sebelum Bang Ali menjadi gubernur DKI, pelat nomor kendaraan berganti setiap tahun. Baik polisi maupun Pemda DKI juga memiliki ego sektoral masing-maisng.

Bang Ali menggulirkan cara tentang bagaimana duit STNK itu terpantau. Namun, dia juga tidak mau polisi merasa kewenangannya direbut.

Pemda DKI pun membangun fasilitas pembayaran pajak kendaraan di halaman kantor polisi. Di kantor itu juga dilengkapi komputer yang pusat kontrolnya di Balai Kota Jakarta sehingga uang pajak yang dibayarkan terpantau.

“Itu masuk ke pendapatan daerah," katanya.

Bang Ali tidak hanya membangun gedung di kantor polisi, tetapi juga menyediakan dana untuk kepolisian. Saat Bang Ali menggulirkan idenya itu, pemasukan dari penerbitan STNK di Polda Metro Jaya sekitar Rp 300 juta.

Oleh karena itu, Bang Ali menyodorkan tawaran yang sulit ditolak oleh kepolisian. Dia mengganti pemasukan Rp 300 juta itu dengan Rp 3 miliar.

“Kantor di halaman dia (polisi, red), duit ditambah, tidak kehilangan muka, dus, tidak kehilangan martabat,” kata Bang Ali.

Bang Ali semasa menjadi gubernur DKI melegalkan perjudian, mendirikan lokalisasi Kramat Tunggak, dan mengizinkan kelab malam serta tempat-tempat sauna.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News