Ultah Ke-55 Namarina, Sekolah Balet Tertua di Asia Tenggara
Anggap Tari Bukan Makanan, Tak Mau Bikin Franchise
Senin, 19 Desember 2011 – 08:08 WIB
Menurut Maya, mengajar tari tidak sama dengan berdagang. Sebab, mengajar memerlukan pendekatan khusus. Kualitas guru tari juga sangat menentukan keberhasilan siswa menguasai balet. Guru tari yang dimiliki Namarina harus melalui serangkaian standar sebelum bisa menjadi guru.
"Ini soal SDM (sumber daya manusia, Red). Tidak bisa kami membuka cabang di mana-mana. Nanti kualitasnya bagaimana?" kata orang Indonesia pertama yang menerima sertifikat dari The Royal Academy of Dancing, London, Inggris, itu. "Tapi, saya sih berharap kami bisa bikin sekolah kejuruan tari di masa depan," imbuhnya.
Maya mengakui, selama ini balet telanjur dianggap seni kelas tinggi. Para penggemarnya datang dari kalangan menengah ke atas. Tapi, dia menampik anggapan tersebut. Menurut dia, semua orang bisa berlatih balet dengan biaya murah. Bahkan, banyak tari lain dengan harga kursus yang lebih mahal daripada tari balet.
Perempuan 51 tahun itu menambahkan, tari balet sejatinya sangat bermanfaat bagi kesehatan. Khususnya, untuk membentuk postur badan. Mereka yang rutin berlatih balet terlihat dari fisik yang tidak membungkuk, tegap, dan anggun. "Kalau soal kesehatan tidak usah ditanya. Banyak kalori yang terbakar," katanya.
Sudah 55 tahun sekolah tari dan balet Namarina berdiri. Selama itu pula, sekolah balet terua di Asia tersebut mencetak ribuan penari. Sabtu (17/12)
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408