Umar Sumadi, Konstruktor Rumah Murah yang Kini Digandeng Kemenpera
Kuncinya pada Pemangkasan Waktu dan Alat Kerja
Minggu, 12 Agustus 2012 – 00:11 WIB
Hanya dengan uji coba selama tiga bulan, pria lulusan sekolah rakyat (SR) pada 1963 itu bisa menemukan cara yang tepat untuk membuat rumah layak huni tapi murah. Langkah pertama yang dia lakukan adalah mendesain mesin pencetak kerangka rumah dengan investasi sebesar Rp 80 juta. "Besi-besi kerangka dicetak dulu dengan ukuran tertentu sehingga mudah dirangkai," jelas dia.
Besi kerangka yang dia buat memiliki tinggi 61 sentimeter dan lebar 50 sentimeter. Dengan bidang seperti itu, kerangka mudah dirangkai berdasar kebutuhan tinggi dan lebar rumah. Misalnya menginginkan tembok rumah setinggi 305 sentimeter, perlu menyambung lima cetakan kerangka. "Untuk kamar juga begitu, kalau mau lebar tiga meter, ya disambung enam cetakan," terangnya.
Setelah cetakan-cetakan besi itu dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk rumah, Umar dan timnya tinggal mengecor dengan menggunakan adonan semen yang dicampur pasir. Tebal hasil pengecoran itu minimal 9 sentimeter sehingga tidak jauh berbeda dengan tebal tembok rumah yang menggunakan batu bata. "Tebalnya bisa ditambah, bergantung kebutuhan," katanya.
Pria kelahiran Medan, 31 Agustus 1951, itu mengatakan, rumah yang dibangunnya sama sekali tidak menggunakan batu bata, batako, atau bahan lain yang mengharuskan kerja tukang selama berhari-hari. Tembok rumah Raswari 100 persen terbuat dari beton yang dicor langsung di lokasi. "Tinggal tunjuk lokasinya, kami datang, seminggu sudah jadi rumahnya," ungkap dia.
Meski hanya berharga Rp 25 juta, rumah cor beton ala Umar Sumadi dibangun tanpa mengurangi kualitas bahan bangunan. Kemenpera menggaetnya untuk membangun
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408