Unbelivable! 2 ABK Kapal Karam, Bertahan Hidup 5 Hari 6 Malam
“Karena ombak dan angin kencang tak kunjung juga reda dan kapal terlihat semakin miring, membuat kami panik. Apalagi bantuan tak kunjung datang,’’ ucapnya.
Dalam kondisi panik, akhirnya Minggu sekitar 15.30 WIT, seluruh awak kapal memutuskan untuk menyelamatkan diri dengan turun dari kapal menggunakan rakit. Sebelum turun ke rakit, semua awak menurutnya menggunakan baju pelampung. “Jadi kami 12 orang itu menggunakan satu rakit,” katanya.
Saat berada di atas rakit itu, ada satu batang Nipah yang tercabut dengan akarnya lewat di samping rakit. Amril menurut Faisal kemudian mengajaknya pindah ke batang nipah yang terapung itu. “Lalu kami pindah ke batang nipah itu,” kenangnya.
Setelah berpegangan pada batang nipah, Faisal bersama Amril mulai berpisah dengan rakit yang memuat 10 temannya. “Tapi tiba-tiba Anggit Restudianto turun dari rakit dan ingin bergabung dengan kami. Kemudian dia berusaha berenang ke arah kami tapi karena suasana semakin gelap sehingga kami tidak lihat dia lagi. Termasuk teman-teman kami yang ada di atas rakit itu. Jadi kami berpisah sejak malam itu,’’ terangnya.
Menurut Faisal selama 5 hari 6 malam, ketika angin kencang dan ombak besar dirinya bersama Amril harus berpegangan erat di batang nipah agar tidak terlepas. Tapi kalau laut lagi tenang, keduanya bisa naik di atas batang nipah sambil duduk memulihkan tenaga. “Kalau ombak sudah hantam kami, di situ tenaga terkuras karena harus pegang batang pohon nipah jangan sampai terlepas,” tuturnya.
Faisal mengaku, selama terombang ambing di tengah laut mempertaruhkan nyawa itu, dirinya bersama Amril tak makan sekalipun. “Kami bisa bertahan hidup karena minum air hujan. Untung selama kami di tengah laut itu, setiap malam pasti ada hujan. Jadi itu yang kami tadah dengan menggunakan telapak tangan. Kadang langsung buka mulut tadah hujan lalu minum,’’ jelas Faisal.
Sementara itu, menurut Amril, yang membuat dirinya bersama Faisal tetap semangat dan kuat untuk hidup karena setiap pagi bisa melihat daratan meski daratan itu masih terlalu jauh dan sulit untuk didekati. “Kalau pagi lihat daratan, tapi kalau siang kami dibawa arus dan ombak ke tengah laut,’’ bebernya.
Meski daratan sudah terlihat, namun Amril mengaku tak memiliki tenaga lagi untuk bisa menepi ke darat tersebut. “Kami sudah tak punya tenaga sama sekali. Jadi kami berdua ikut terombang ambing kemana arus membawa kami,’’ katanya.
- Mengubah Sampah Jadi Pulsa, Begini Caranya
- Dor! Mulyono Ditembak Tim Polda Riau, Dia Bawa Sabu-Sabu Senilai Rp 30 Miliar
- Jalan Utama Penghubung Riau-Sumbar Putus Total, Ini Alternatifnya
- 22 Los Pedagang di Pasar Pelelangan Ikan Sodoha Kendari Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki
- Catat ya, PPPK Bukan Sekadar Pengganti Baju Honorer
- Menjelang Pilkada 2024, Kapolres Banyuasin Sampaikan Pesan Kepada Masyarakat