Ungkap Rencana Teror Malaysia
Jumat, 18 Juni 2010 – 05:44 WIB
KUALA LUMPUR - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kepolisian (Polis Diraja) Malaysia mengungkap skenario teror menarget rumah ibadah. Kemarin (17/6), media propemerintah The New Straits Times menyatakan bahwa sepuluh warga asing yang diduga kuat terlibat dalam rencana teror itu sudah dideportasi. Menurut kesaksian orang-orang dekat mereka, Dakak dan komplotannya menganggap Malaysia yang 60 persen warganya beragama Islam itu sudah semakin kehilangan identitas muslimnya. Karena itu, mereka berusaha mengembalikan identitas religius tersebut. Caranya, dengan menyebarkan dakwah dan ceramah radikal serta membangkitkan semangat jihad.
Salah seorang tersangka teror yang sudah dideportasi ke negara asalnya adalah Aiman Al Dakak. Pria 45 tahun yang fasih berbahasa Arab dan Inggris itu dipulangkan ke Syria pada April lalu. Selama berada di Malaysia, dia berprofesi sebagai dosen. Karena itu, tidak heran jika sebagian besar anggota kelompoknya adalah mahasiswa. "Mereka berasal dari Syria, Yordania, Yaman dan Nigeria," tulis surat kabar tersebut.
Baca Juga:
Konon, rumah ibadah yang menjadi target komplotan Dakak terletak di Negara Bagian Penang dan Negara Bagian Selangor. Sayangnya, dalam laporannya, The New Straits Times tidak menyebutkan jumlah rumah ibadah yang menjadi sasaran kelompok tersebut. Juga, jenis rumah ibadah yang menjadi sasaran teror kelompok yang diyakini berafiliasi dengan Jemaah Islamiyah (JI) tersebut.
Baca Juga:
KUALA LUMPUR - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kepolisian (Polis Diraja) Malaysia mengungkap skenario teror menarget rumah ibadah. Kemarin
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan