UNIK: Begini Ritual Maulid Adat di Sesait
Kegiatan berikutnya dilaksanakan di halaman Mesjid Kuno adalah Semetian atau Peresean yaitu saling pukul menggunakan rotan yang masing-masing bertameng. Acara semetian harus diawali oleh Pepadu (jagoan) Nina Sik Wah Supuk (perempuan uzur yang sudah monopaus), barulah Pepadu Mama boleh bertarung sampai tengah malam.
Sekretaris Pembekel Adat Sesait Masidep menjelaskan, prosesi awal yang dilakukan masyarakat adat wet Sesait, dimana masyarakat berbondong-bondong datang ke Kampu membawa berbagai macam barang berupa kayu uyunan, beras, puntik, lekok-buak, tembakau secukupnya serta hasil bumi lainnya. Oleh masyarakat Sesait dinamakan Merembun (mengumpulkan).
“Merembun adalah prosesi awal Maulid Adat, di mana masyarakat datang dengan membawa berbagai barang bawaan, baik yang bersifat material ataupun hasil bumi,” katanya seperti dilansir Harian Lombok Post (Grup JPNN.com), Kamis (31/12).
Rangkaian prosesi Maulid Adat ini akan terus berlangsung hingga hari Jumat. Adapun rangkaian prosesi lanjutan yang akan dilakukan di Kamis sore adalah Memajang, dan pada malam harinya dilanjutkan dengan Semetian atau Peresean. Sedangkan keesokan harinya, Jumat (25/12) prosesi ritual kembali dilanjutkan dengan acara bisoq menik (cuci beras) di sebuah sungai yang memang disakralkan dari zaman dahulu hingga saat ini.
Selanjutnya, disusul dengan penyembelihan seekor kerbau di depan pintu Mesjid Kuno Sesait. Prosesi ritual Maulid Adat Sesait akan berakhir setelah dulang nasi aji diturunkan dari Mesjid Kuno. Kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban di depan masjid kuno Sesait.
Namun hewan yang dikurbankan adalah hewan yang ukuran,umur dan bobot sudah menjadi ketentuan para leluhur. Tokoh Agama Sidep Al Lomboqi dalam tausiahnya mengatakan, prosesi Maulid Adat ini diharapkan dapat memberikan transformasi nilai-nilai agama. Agar dapat diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang dilakukan secara turun-temurun ini penuh dengan nilai gotong royong dan pesan-pesan spiritual. ”Para orang tua kita zaman dahulu menerapkan pengetahuan keagamaan mereka dengan tindakan. Nah, Maulid Adat di Wet Sesait ini adalah salah satu contohnya,” katanya.
Ditambahkan, tidak tepat melakukan pemisahan antara agama dengan adat. Ajaran agama selalu selaras dengan ajaran adat. Semua mengajarkan kebaikan dan saling mendukung satu sama lain. Ketika ada penyimpangan dalam praktiknya itu merupakan akibat kurangnya informasi yang diterima masyarakat.
Di bulan Rabiul Awal (kalender Islam), Lombok Utara selalu menggelar tradisi Maulid Adat. Tradisi ini dilakukan di beberapa daerah salah satunya
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408