Universitas Terkaya di Australia Membayar Pegawainya di Bawah Standar
"Kebanyakan pekerja casual ini merupakan orang tua tunggal, atau pekerja migran yang berada dalam posisi rentan," jelasnya.
Photo: Shan Windscript, seorang tutor di Melbourne University, turut memperjuangkan nasib para pekerja tak tetap di universitas terkaya di Australia ini. (ABC News: Patrick Stone)
Shan mengaku pembayaran gajinya masih kurang 11.000 dolar atas pekerjaan memeriksa ujian mahasiswa dengan ketentuan tarif 4.000 kata per jam.
Serikat buruh memperkirakan sistem pembayaran seperti ini menyebabkan para pegawai hanya mendapatkan bayaran setengah dari seluruh waktu yang dihabiskan.
Pihak universitas sendiri telah mengakhiri sistem seperti itu bulan lalu.
Informasi yang diperoleh ABC menyebutkan ada seorang tutor yang mengajukan klaim kekurangan gaji sebesar 91.000 dolar.
Serikat buruh memperkirakan keseluruhan klaim bisa mencapai 6 juta dolar atau rata-rata 10.000 dolar per tutor.
"Seperti pekerja tak tetap lainnya, saya telah mengalami masalah kesehatan mental kronis selama bertahun-tahun sejak saya masuk universitas sebagai mahasiswa PhD," ujar Shan.
Perguruan tinggi terkaya di Australia, University of Melbourne, diam-diam telah membayarkan kembali kekurangan gaji kepada sekitar 1500 tenaga akademik
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Ketua Bawaslu Rahmat Bagja Minta Pemerintah Naikkan Gaji Panwascam hingga 100 Persen