Unjuk Rasa Meluas, Iran Blokir Instagram dan Telegram
Telegram sangat populer di Iran. Separo penduduk memiliki akun di aplikasi tersebut. CEO Telegram Pavel Durov mengungkapkan bahwa pemerintah Iran sempat meminta seluruh akun yang mengunggah aksi massa ditutup. Tapi, Telegram menolak.
Telegram memang menutup akun Amadnews karena menyerukan kekerasan. Tapi, yang menyerukan aksi damai tidak diblokir. Karena itu, pemerintahlah yang akhirnya menutup akses penduduk ke Telegram.
Kantor berita ILNA juga melaporkan, di Kota Izeh ada dua korban tewas. Tidak diketahui secara pasti apakah dua orang itu termasuk 10 orang tersebut.
Yang jelas, sehari sebelumnya ada dua nyawa yang melayang. Artinya, sejak aksi mencuat Kamis (28/12), paling sedikit 12 nyawa telah hilang. Ratusan orang lainnya ditangkap.
’’Saya tidak tahu apakah penembakan kemarin (Minggu, Red) dilakukan oleh massa atau polisi. Masalah ini tengah diselidiki,’’ ujar Hedayatollah Khademi, anggota parlemen Kota Izeh.
Mayoritas penduduk Izeh memang punya senapan berburu. Jumlah korban jiwa mungkin tetap simpang siur hingga akhir, sama seperti aksi massa berbulan-bulan yang dilakukan Green Movement pada 2009 lalu. Jumlah korban jiwa ketika itu 36–72 orang. (sha/c19/dos)
Panik lihat aksi massa yang semakin meluar, pemerintah Iran buru-buru menutup akses ke media sosial Instagram dan Telegram
Redaktur : Adil
Reporter : Adil, Muhammad Amjad
- Kementerian BUMN Gelar Workshop Penggunaan AI Dalam Komunikasi Media Sosial
- Hati-Hati, Ada Modus Penipuan Phishing Baru Menargetkan Bisnis di Media Sosial
- Hati-Hati! Ada Hoaks soal Brigade Pangan di Media Sosial
- Bluesky Menguji Coba Fitur Baru Untuk Aplikasi Mobile
- Menko Pratikno Ingatkan Kasus Remaja di Solo yang Belajar Merakit Bom dari Internet
- Waka MPR Dorong Pemanfaatan Medsos untuk Bangun Ketertarikan Masyarakat Terhadap Museum