Untukmu Bahasaku
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Begitu banyak yang usul: agar saya mengangkat editor bahasa. Agar naskah yang saya tulis diperiksa dulu oleh editor bahasa.
Tujuannya jelas: agar ketika terbit di DI's Way tidak ada lagi kesalahan: khususnya dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Saya menolak usulan itu. Bukan saya merasa tidak pernah salah.
Saya memilih ini: biarlah naskah saya mengandung kesalahan. Lalu ada pembaca yang mengoreksinya. Koreksi itu dimuat di kolom komentar. Pada hari yang sama.
Saya tidak malu naskah saya dikoreksi secara terbuka. Kita bisa 'ngaji' bersama. Bisa berkaca dari kesalahan itu --saya dan pembaca Disway. Sama-sama belajar dari kesalahan.
Kalau naskah saya dilewatkan editor bahasa DI's Way terlalu sempurna. Pembaca tidak tahu kata mana yang sebenarnya mengandung kesalahan. (Bolehkah kata 'mengandung kesalahan' itu diganti 'menghamil' kesalahan).
Contoh yang kita sama-sama tahu adalah kata 'utang'. Saya masih sering menuliskan kata 'hutang'. Itu salah. Yang benar adalah 'utang'.
Saya pun sebenarnya tahu itu. Lalu menyesal. Eh, di kemudian hari saya masih menulis lagi kata 'hutang'. Lalu dikoreksi lagi.