Untung Siksa

Dahlan Iskan

Untung Siksa
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kawasan hukum ini ternyata mepet dengan China Town. Kalau kangen masakan Asia biasanya saya ke China Town: banyak masakan Kanton yang enak. Banyak Pho' Vietnam. Juga Thai food.

Baca Juga:

Ini, kali pertama saya ke pengadilan di Amerika. Maka saya ingin tahu seluk beluknya. Seluknya pengadilan di Indonesia saya hafal. Apalagi beluknya.

Saya pernah jadi wartawan hukum saat masih bekerja di majalah TEMPO. Tapi sistem hukum Amerika kan berbeda. Pakai yuri. Saya ingin tahu seperti apa.

Kalau lagi ada sidang Trump tidak mungkin bisa belajar banyak: penuh sesak. Sepanjang hari. Belum tentu pula bisa dapat tempat.

Maka hari itu Lia ajak saya ke pengadilan. Dia pilih cari tempat parkir di China Town. Ini juga permainan catur: agar dari pengadilan nanti bisa makan siangnya di sekitar itu.

Dari China Town kami jalan kaki ke kawasan hukum. Melewati taman lain di belakang pengadilan. Tamannya masih sama: banyak kelompok orang yang lagi main cheki atau mahyong di situ. Tentu mereka adalah orang Tionghoa.

Gedung pengadilan itu 17 lantai. Atau 18. Perusuh teliti seperti Mirza Mirwan punya angka tepatnya. Itu bukan gedung sangat tinggi untuk ukuran New York. Juga bukan bangunan rendah seperti semua gedung pengadilan di Indonesia.

Akan tetapi bagian bawah luar gedung ini terasa rusuh. Skafolding terpasang di sepanjang wajahnya. Menutup sepanjang trotoar di depannya. Pun menutup pintu masuknya.

Maka hari pertama di New York, saya ke pengadilan. Mumpung hari itu tidak ada sidangnya Presiden Donald Trump.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News