Upacara Baijiu
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - MEILING sudah tahu. Saya tidak bisa ikut ''upacara'' setelah makan seperti itu.
Terlalu panjang. Terlalu lama. Terlalu malam. Saya harus mengatur istirahat.
"Biar mereka happy-happy di sini. Anda saya antar pulang ke hotel. Besok pagi-pagi kan harus senam," ujar Meiling.
Ia pun pamit suaminyi. Juga pamit teman-temannyi itu. Dia yang mengemudikan mobil Bentley suaminyi. Seharga Rp 18 miliar.
Upacara seperti itu sebenarnya sudah sangat biasa saya ikuti –secara pasif. Di Singapura. Di Hongkong. Di Taiwan. Di banyak kota di Tiongkok.
Awalnya mereka hanya memesan anggur merah: wine. Saat mulai makan. Satu botol. Dituangkan ke gelas khusus wine masing-masing. Gelas itu pun diangkat. Saling bersulang.
Saya selalu menyentuhkan gelas saya lebih rendah dari gelas mereka: berisi air putih. Itu sebagai penanda saya lebih junior –di bidang ini. Juga penanda saya lebih menghormati mereka.
Sebagian dari mereka membalas sopan santun itu. Dengan cara lebih merendahkan posisi gelas mereka. Saya kembali merendahkan lagi gelas saya. Mereka juga kembali merendahkan gelas mereka.