Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan

"Mereka [petani perempuan] yang maintain farm-nya, dia yang mengolah produknya, tapi uangnya selalu dipegang oleh suaminya, atau dipegang sama yang punya lahan," jelasnya.
Dari urusan rumah tangga hingga aktivitas pertanian, petani perempuan seringkali sulit mencari waktu dan mendapat bantuan untuk mengembangkan keterampilan mereka.
Sementara petani difabel memiliki potensi untuk dilibatkan dalam industri pertanian, menurut Lastiana, tapi sering diabaikan karena kemampuannya diragukan.
"Bagaimana yang difabel ini mau naik kelas kalau dia sendiri tidak pernah diberi kesempatan?" ujarnya.
Lastiana mengatakan dengan mengedepankan pertanian yang lebih berkelanjutan serta mensejahterakan petani, mereka bisa mendapat sertifikat 'Fairtrade' untuk hasil panennya, termasuk gula kelapa.
Mereka membudidayakan tanaman pangan dengan nilai tinggi sebagai sumber pendapatan tambahan, atau jika produk utama mereka mengalami gagal panen.
"Pembeli ini juga kita ajak untuk bisa berkontribusi ke komunitas," jelas Lastiana.
"Jadi enggak cuman membeli terus selesai hubungannya dan mereka juga berkontribusi kepada komunitas."
Melihat para petani perempuan dan petani difabel di Kulon Progo, Yogyakarta, yang kurang memiliki pengetahuan dan dilibatkan untuk mengatasi perubahan iklim, Lastiana Yulandari tidak tinggal diam
- Kampanye Pemilu di Australia: Jarang Ada Spanduk, Lebih Menjual Kebijakan
- Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Australia Akhir Tahun Ini
- Kawanan Gajah Liar Merusak 7 Rumah Warga di Lampung Barat
- Cerita Presiden Prabowo Punya Tim Pertanian Hebat, Apresiasi Kinerja Kementan
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dukung Program Prabowo, APROPI Berkomitmen Turunkan Harga Pestisida untuk Petani