Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan

Komitmen Australia dan Indonesia
Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap perubahan iklim, sehingga sudah ada sejumlah upaya untuk mengatasinya melalui proyek kolaborasi dengan lembaga dan universitas di luar negeri.
Misalnya, program 'Revitalising Informal Settlements and their Environments' (RISE) untuk warga di Makassar yang juga melibatkan Monash University di Australia.
Warga terpinggirkan yang tinggal di permukiman informal di Makassar hidup dalam kondisi rentan terhadap banjir karena perubahan iklim.
"Komunitas-komunitas ini, misalnya, sudah terkena banjir lebih sering dan lebih parah… dan yang menarik, ada peningkatan tingkat kekeringan," kata Diego Ramirez-Lovering, salah satu pimpinan riset RISE dari Monash University.
"Jadi komunitas-komunitas ini menderita panas ekstrem dan berkurangnya air seiring waktu."
Dari data RISE diketahui sekitar 20 persen penduduk permukiman informal di Makassar hidup tanpa fasilitas sanitasi yang memadai, serta akses air minum terbatas.
"Ketika ada kekurangan fasilitas yang memadai, itu [perubahan iklim] sangat dirasakan oleh mereka."
Program RISE sudah delapan tahun mencoba membantu warga Makassar untuk menanggulangi banjir, mengatasi pengelolaan limbah rumah tangga, serta meningkatkan kebersihan air dan sanitasi sekitar permukiman informal.
Melihat para petani perempuan dan petani difabel di Kulon Progo, Yogyakarta, yang kurang memiliki pengetahuan dan dilibatkan untuk mengatasi perubahan iklim, Lastiana Yulandari tidak tinggal diam
- Gegara Membawa Sabu-Sabu, Petani Ditangkap Polres Flores Timur
- Mentan: Pengamat Rugikan Negara Rp5 Miliar Bukan Sosok Asing, Guru Besar
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia