Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
Nur Intan Putri sudah lama tinggal di Makassar dan juga bekerja sama dengan RISE sejak tahun 2017.
Menurutnya, masyarakat setempat sempat ragu apakah program tersebut dibutuhkan.
"Sebenarnya di beberapa lokasi itu [mereka] berpikir bahwa sanitasi dan kesehatan mereka itu baik-baik saja. Dan menurut mereka mereka tidak pernah merasakan sakit yang signifikan," katanya.
Namun setelah pendekatan yang lebih partisipatif dan transparan dengan warga, mereka kini memiliki rawa yang pantas untuk berkebun, serta air bersih yang sudah tersaring untuk pemakaian sehari-hari.
Di Jawa Barat, sungai Citarum menjadi salah satu sungai yang paling tercemar di dunia.
Tapi sekitar 25 juta orang masih ketergantungan air dari sungai ini, termasuk untuk keperluan pertanian dan perikanan, bahkan pariwisata.
Program 'Citarum Action Research Program' (CARP), yang juga melibatkan Monash University, sudah berupaya membersihkan limbah dan polusi sepanjang daerah aliran sungai Citarum.
Diego, yang juga turut memimpin CARP, mengatakan akar masalah sungai Citarum adalah kurang pahamnya warga soal tata cara membuang limbah rumah tangga, serta kekurangan infrastruktur yang memadai sepanjang sungai.
Melihat para petani perempuan dan petani difabel di Kulon Progo, Yogyakarta, yang kurang memiliki pengetahuan dan dilibatkan untuk mengatasi perubahan iklim, Lastiana Yulandari tidak tinggal diam
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Rembuk Tani jadi Cara Pupuk Indonesia Penuhi Kebutuhan Petani Sragen
- IFAD Tinjau Program UPLAND di Garut Untuk Tingkatkan Produktivitas & Kesejahteraan Petani
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Pupuk Indonesia Percepat Penebusan Pupuk Subsidi di Wonogiri untuk Dukung Musim Tanam
- Pupuk Indonesia dan Wapres Ajak Petani Tebus Pupuk Bersubsidi di Kegiatan Rembuk Tani