Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan

Nur Intan Putri sudah lama tinggal di Makassar dan juga bekerja sama dengan RISE sejak tahun 2017.
Menurutnya, masyarakat setempat sempat ragu apakah program tersebut dibutuhkan.
"Sebenarnya di beberapa lokasi itu [mereka] berpikir bahwa sanitasi dan kesehatan mereka itu baik-baik saja. Dan menurut mereka mereka tidak pernah merasakan sakit yang signifikan," katanya.
Namun setelah pendekatan yang lebih partisipatif dan transparan dengan warga, mereka kini memiliki rawa yang pantas untuk berkebun, serta air bersih yang sudah tersaring untuk pemakaian sehari-hari.
Di Jawa Barat, sungai Citarum menjadi salah satu sungai yang paling tercemar di dunia.
Tapi sekitar 25 juta orang masih ketergantungan air dari sungai ini, termasuk untuk keperluan pertanian dan perikanan, bahkan pariwisata.
Program 'Citarum Action Research Program' (CARP), yang juga melibatkan Monash University, sudah berupaya membersihkan limbah dan polusi sepanjang daerah aliran sungai Citarum.
Diego, yang juga turut memimpin CARP, mengatakan akar masalah sungai Citarum adalah kurang pahamnya warga soal tata cara membuang limbah rumah tangga, serta kekurangan infrastruktur yang memadai sepanjang sungai.
Melihat para petani perempuan dan petani difabel di Kulon Progo, Yogyakarta, yang kurang memiliki pengetahuan dan dilibatkan untuk mengatasi perubahan iklim, Lastiana Yulandari tidak tinggal diam
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- NEC Indonesia Laporkan Dampak Positif Penanaman 6.250 Pohon bagi Lingkungan