Upaya Menyusun Panduan Terminologi LGBT dalam Berbagai Bahasa di Australia
Budi yang besar di Indonesia mengatakan "karena situasi sosial, kebudayaan dan politik [di Indonesia], hal berbau queer tidak bisa asal dibicarakan".
"Akronim yang ada terkait dengan stigma sosial tertentu dan ini merupakan hasil dari kebudayaan heteronormatif yang berakar dari budaya patriarki, ini berasal hasil dari sejarah panjang diskriminasi."
Sebagai seorang non-biner, Budi mengatakan sulit untuk menemukan kata yang bisa menjelaskan pengalaman dan identitasnya. Namun, bahasa terus berkembang dengan cepat.
"Saya mencoba mencari kata non-biner dalam Bahasa Indonesia, karena kata ini tidak ada waktu saya masih remaja, sebelum pindah ke Australia," katanya.
"[Sekarang] kata itu sudah ada."
Perkembangan bahasa yang cepat juga menjadi alasan lain pentingnya campur tangan anggota komunitas LGBTQIA+ dalam proyek penyusunan panduan terminologi tersebut.
Sejauh ini, enam bahasa sudah dipilih untuk proyek tersebut.
Bahasa Vietnam, Spanyol, Mandarin dan Kanton dipilih karena terus bertambahnya anggota komunitas yang menggunakan bahasa tersebut di Australia.
Anggota komunitas LGBTIQA+ di Australia, termasuk asal Indonesia, sedang menyusun panduan terminologi untuk mengurangi stigma terhadap mereka
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu