Upaya Menyusun Panduan Terminologi LGBT dalam Berbagai Bahasa di Australia

Upaya Menyusun Panduan Terminologi LGBT dalam Berbagai Bahasa di Australia
Anastasia Lee berharap proyek panduan bahasa komunitas LGBTIQA+ dapat memperbaiki hubungan yang rusak. (ABC News: Rhiannon Stevens )

Michael turut berpartisipasi dalam proyek terminologi tersebut karena yakin ini akan menjadi sumber informasi yang berguna untuk mahasiswa internasional dan berharap keberadaannya dapat disebar ke universitas di Australia.

"Penting sekali memahami bagaimana berbicara dengan [pelajar LGBTQIA+], dan membuat mereka merasa dilibatkan dan disambut," katanya.

Ketika masih adalah mahasiswa, Michael berusaha tidak mengacuhkan bahasa tidak senonoh yang dipakai mahasiswa internasional Tiongkok.

"Namun sepanjang waktu berlalu, dalam pikiran, mungkin kita bisa merasa stres dan kewalahan mengapa orang-orang tidak menghormati bahasa dan kosakata kita?"

Berharap komunitas LGBT lebih dilibatkan

Dr Miranda Lai, kepala departemen penerjemah di RMIT University mengatakan universitas tersebut menerima masukan dari industri bahwa kebanyakan penerjemah tidak dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup bila berhubungan dengan komunitas LGBTQIA+.

Ia menghadapi masalah ini ketika sedang mencari penerjemah yang bisa dilibatkan di sesi pelatihan untuk mengerjakan panduan ini.

"Sederhananya, ketika berusaha merekrut penerjemah, saya sedikit terkejut karena tidak semudah itu ternyata," katanya.

"Ahli penerjemah yang ada mungkin tidak merasa nyaman bahkan ketika ada dalam situasi seperti itu, bahkan ketika mendiskusikan konsep dan terminologinya."

Anggota komunitas LGBTIQA+ di Australia, termasuk asal Indonesia, sedang menyusun panduan terminologi untuk mengurangi stigma terhadap mereka

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News