USD Gerus Rupiah, Jokowi Tetap Mengucap Hamdalah

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta para pembantunya di Kabinet Kerja untuk mewaspadai risiko ketidakpastian ekonomi dan volatilitas keuangan global yang dipicu kebijakan normalisasi moneter Amerika Serikat. Sebab, kebijakan keuangan AS di bawah Presiden Donald Trump telah mengakibatkan rupiah dan mata uang negara lainnya mengalami depresiasi terhadap USD.
Saat ini kurs USD sudah mencapai Rp 14.000. Namun, Jokowi -panggilan beken Joko Widodo- mengaku tetap bersyukur karena depresiasi rupiah terhadap USD tak separah negara lain.
“Tapi alhamdulillah, dibandingkan negara-negara yang lain kita masih jauh lebih baik dan faktor eksternal yang lain seperti harga minyak, potensi perang dagang Amerika-Tiongkok serta kondisi geopolitik internasional juga terus harus kita waspadai," ucap Jokowi saat memimpin rapat terbatas tentang lanjutan pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2019 di Jakarta, Selasa (15/5).
Jokowi menambahkan, pemerintah perlu menyiapkan mitigasi ketidakpastian global. “Serta melakukan antisipasi pergerakan menuju keseimbangan baru ekonomi global," lanjutnya.
Jokowi pada bagian akhir arahannya meminta para menterinya fokus menjaga stabilitas keamanan demi percepatan perbaikan kesejahteraan, penurunan kemiskinan, serta penciptaan lapangan pekerjaan.(fat/jpnn)
Presiden Jokowi menyatakan, kebijakan normalisasi moneter Amerika Serikat (AS) membuat banyak mata uang termasuk rupiah terpuruk dibanding USD.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Cetak Rekor Sejarah, Harga Emas Tembus USD 3.300 Per Troy
- Rupiah Ditutup Menguat Jadi Sebegini
- Rupiah Berpeluang Menguat Lagi Hari Ini, Begini Kata Analis
- Rupiah Mulai Bangkit, Akankah Terus Berlanjut?
- Gawat, Kurs Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, jadi Rp 16.911 Per USD
- Ekonom Sebut Indonesia Punya Penyangga Kuat di Tengah Gejolak Pasar Global