Usia 16 Baru Masuk SMP, Tahu Indonesia Hanya Sulawesi
Kamis, 25 Agustus 2011 – 19:33 WIB
Penggemar musik Indonesia itu menuturkan, setahun terakhir pendidikan bagi anak-anak TKI di sejumlah perkebunan sawit di Tawau sedikit meningkat. Itu terjadi karena sudah ada PKBM yang membuka layanan belajar setingkat SMP. "Sebelumnya, tidak ada. Setelah lulus SD, ya tidak sekolah," jelas Nuranita, lantas bertepuk tangan untuk menyambut pidato wakil KBRI Kuala Lumpur yang menggebu-gebu.
Nuranita menceritakan, anak-anak lulusan SD tidak bisa sekolah di jenjang SMP milik pemerintah Malaysia. Dari segi infrastruktur, sekolah tingkat SD di Tawau masih terbatas. Namun, tidak demikian tenaga pendidik atau guru. Selama ini, PKBM-PKBM itu telah memiliki cukup guru dari Malaysia dan Indonesia.
Kebanyakan guru dari Malaysia mengajarkan mata pelajaran eksak. Sedangkan guru dari Indonesia bertugas mengajarkan pendidikan kewarganegaraan (PKn), bahasa Indonesia, dan pendidikan agama.
Di antara guru asal Indonesia yang ikut nimbrung dalam agenda safari Ramadan Nuh, ada Ibnu Hajar. Guru kelahiran Jambi, 18 Agustus 1965, itu menuturkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki sistem yang bisa menjaga ketersediaan guru di Tawau. Yakni, sistem perekrutan dan kontrak selama dua tahun. "Kontrak saya habis tahun depan," ujar PNS di lingkungan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jambi itu.
SEDIKITNYA 40.000 anak TKI tersebar di perumahan pekerja perkebunan kelapa sawit di Tawau, Sabah, Malaysia. Mereka menghadapi problem besar, yakni
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas