Ustad Nur Boyong Keluarga ke Jakarta
Senin, 01 Agustus 2011 – 08:08 WIB
Selama bulan suci, dia mengisi dua acara di Trans TV. Yakni, Syiar Ramadan tiap sore dan Saatnya Kita Sahur. Acara yang disiarkan secara langsung itulah yang membuat dia harus terus stand by di ibu kota. Dia tidak bisa lagi mengisi ceramah di tempat lain. "Padat banget Ramadan kali ini," imbuhnya.
Meski padat dan waktu luang untuk bersama keluarga tidak sebanyak dahulu, dia tetap bersyukur. Sebab, dia bisa menyiarkan Islam lebih luas, tidak lagi terkungkung jarak seperti sebelumnya. Dia senang bisa memberikan pengetahuan agama dengan caranya sendiri.
Apa itu? Tetap dengan gaya yang kocak dan "melambai" seperti selama ini. Selama Ramadan, pola dakwah yang selama ini dianggap kontroversial karena mengajak orang terbahak dan agak melambai bakal tetap dipertahankan. "Sejak pertama berdakwah pada 1988 memang sudah seperti ini," urainya.
Dia menjelaskan, orang sering salah kaprah dengan pembawaan yang agak melambai itu. Padahal, menurut dia, tidak ada masalah dengan pola dakwah seperti itu. Sebab, pola yang dilakukan bukan syariat, melainkan murni siar. "Makanya, gaya itu tetap saya pakai," tandasnya.
Para penceramah ini termasuk laris tampil di acara TV selama Ramadan. Ada wajah baru, tapi ada juga wajah lama. ---------------------- RAMADAN tahun
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala