Ustaz Zainul: Pak Presiden Jokowi yang Kami Hormati, Kami Ingin Mengadu

Sebelumnya, pada Kamis (10/6/2021 telah digelar penandatanganan berita acara kesepakatan pokok-pokok adendum perjanjian kontrak produksi antara Pemprov NTB dengan PT GTI di Aula Kejati NTB.
Dalam acara penandatanganan itu, Pemprov NTB dihadiri langsung langsung oleh Gubernur NTB Zulkieflimansyah. Hadir pula Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalillah, Sekda Lalu Gita Ariadi, Kepala Kejati Tomo Sitepu mewakili jaksa pengacara negara (JPN), beserta sejumlah perwakilan pejabat lingkup Forkopimda setempat.
Dalam kontrak PT GTI atas hak kelola usaha pariwisata di atas lahan seluas 65 hektare di kawasan wisata andalan NTB, yakni Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, menuai polemik berkepanjangan di tengah masyarakat NTB.
Sebab, sejak kontrak itu ditandatangani kerjasamanya pada tahun 1995 hingga berakhir 2026, belum juga memberikan dampak bagi pendapatan daerah. Bahkan, dalam kontrak itu PT GTI berjanji akan memberikan kenaikan royalti setiap lima tahun kepada Pemprov NTB.
Walakin, kenyataannya daerah hanya mendapatkan Rp 22,5 juta per tahun. Padahal, perputaran uang setiap harinya di destinasi andalan NTB itu mencapai Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar.
Dari hasil perhitungan Dirjen Kekayaan Negara Wilayah Bali Nusa Tenggara bahkan disebutkan pendapatan daerah yang hilang di Gili Trawangan mencapai Rp 2,3 triliun lebih. (antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Ustaz Zainul Abdul Hadi menyampaikan surat kepada Presiden Jokowi untuk meminta pertolongan, begini isi suratnya.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Ambil Alih 99% Saham CKBD, CBDK Hadirkan Hotel Bintang 5 di Kawasan NICE
- Ambil Alih 99% Saham CKBD, CBDK Hadirkan Hotel Bintang 5 di Kawasan NICE
- Ambil Alih 99% Saham CKBD, CBDK Hadirkan Hotel Bintang 5 di Kawasan NICE
- Kuku Bima Meluncurkan Iklan Pariwisata, Perkenalkan Labuan Bajo ke Mancanegara
- Menpar Widiyanti Sebut Peringatan Nuzulul Qur'an Momen Memperkuat Nilai-nilai Kebajikan
- Legislator PDIP Sebut Bandara Buleleng Bakal Memperberat 'Overtourism' di Bali