UTA '45 Jakarta Desak Nilai Uji Kompetensi Apoteker Dikembalikan Semula

UTA '45 Jakarta Desak Nilai Uji Kompetensi Apoteker Dikembalikan Semula
Rektor UTA '45 Jakarta J Rajes Khana, Ph.D dan jajarannya menggelar konferensi pers terkait Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) dengan metode computer based test (CBT). Foto: Dok. UTA '45 Jakarta

Sementara, Ketua Yayasan UTA '45 Jakarta, Bambang Sulistomo menambahkan pihaknya secara prinsip setuju dengan upaya peningkatan kualitas apoteker Indonesia. Namun, kata dia hal tersebut harus dilakukan secara transparan.

"Panitia Nasional pasti bicara tentang peningkatan kualitas, tapi jika tidak dijalankan dengan proses yang terbuka, kejujuran, kita kecewa betul. Sebab nilai IPK yang sebelumnya disertakan, itu nggak disertakan," ujarnya.

"Waktu rapat, mereka (organisasi terkait apoteker) setuju pada (nilai) yang lalu. Tapi begitu dibilang yang baru. Saat dikonfrontasi, 'siapa yang ngomong?' padahal yang ngomong mereka-mereka juga," imbuh putra pahlawan nasional Bung Tomo ini.

Panitia Nasional UKAI-CBT sendiri, kata dia berisikan orang-orang yang berada di organisasi apoteker. Yaitu para pimpinan Fakultas Farmasi perguruan tinggi seluruh Indonesia.

Sementara, Marvita Sari, salah seorang mahasiswa yang tak lulus ujian kompetensi, mengaku stres akibat kondisi yang ia alami itu.

Terlebih, dirinya mengaku telah belajar secara mati-matian sebelum mengikuti UKAI-CBT.

Tak hanya dirinya, rekannya bahkan mencoba bunuh diri gara-gara tak lulus ujian.

"Banyak yang dirugikan. Ada yang melakukan percobaan bunuh diri, dan saat sedang dirawat di rumah sakit. Mahasiswa UTA '45 Jakarta," ujar Marvita.

Ribuan orang yang ingin menjadi apoteker gagal mewujudkan impiannya setelah dinyatakan tak lulus Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) dengan metode CBT.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News