Utak-Atik Anggaran, Maju-Mundur Ibu Kota Nusantara
"Tapi yang baru terbangun hanya sebesar Monas dan sekitarnya [yang dihasilkan dari hampir] Rp90 triliun itu."
"Nah, ini sekarang [anggarannya] Rp48 triliun, jadi kira-kira hanya setengah dari itu yang baru akan terbangun."
"Katakanlah itu terjadi, apakah itu cukup untuk menjadikannya sebuah kota? Ya enggaklah."
Menurut Sulfikar, selama lima tahun ke depan akan ada banyak hal yang membutuhkan biaya dengan kemungkinan faktor kenaikan harga yang menyertainya.
Apalagi, ia menambahkan, fasilitas yang sudah selesai dibangun juga belum berfungsi dengan baik.
"Kita tidak akan melihat IKN sebagai sebuah kota yang berfungsi secara optimal dengan biaya [pembangunan] segitu."
"Jadi intinya, Rp48,8 triliun itu tidak terlalu meaningful, tidak terlalu signifikan dampaknya terhadap progres yang akan dihasilkan, juga tidak akan membuat IKN terlihat lebih atraktif untuk investor karena infrastruktur yang dibutuhkan itu belum bisa dibangun dengan baik," ujar Sulfikar.
Jadi, maju atau mundur?
Sulfikar menyarankan agar dalam hal pembiayaan IKN, pemerintah tidak terjebak dalam sunk-cost fallacy atau kesalahan asumsi berdasarkan biaya yang sudah dikeluarkan.
Sempat tak jelas, nasib Ibu Kota Nusantara akhirnya menemui titik terang setelah pemerintahan Prabowo Subianto mengumumkan anggaran yang dialokasikan untuk lima tahun ke depan
- Dunia Hari Ini: Presiden Trump Mau Mendeportasi Mahasiswa yang Ikut Unjuk Rasa Pro-Palestina
- Dunia Hari Ini: Pesawat Air Busan Terbakar di Bandara Internasional Gimhae
- Dunia Hari Ini: Delapan Sandera Dalam Daftar Pembebasan Hamas Telah Tewas
- Kenapa 26 Januari Jadi Tanggal Kontroversial di Australia?
- Dunia Hari Ini: COVID Kemungkinan Besar Berasal dari Laboratorium
- Warga Indonesia yang Rumahnya Terbakar Menerima Pertolongan Komunitas Australia