Utang AS Tembus USD 17,027 Triliun
Minggu, 20 Oktober 2013 – 13:17 WIB
Sementara itu, Tiongkok masih menjadi pembeli obligasi AS terbesar dengan nilai USD 1,27 triliun. Disusul Jepang dengan penguasaan USD 1,13 triliun. Setelah itu, ada Carribean Banking Centers dengan nilai USD 287,7 miliar.
Menurut Mirza, posisi utang AS yang membengkak tidak baik untuk jangka panjang. Karena itu, pemerintah AS harus mengurangi utangnya. ''Kalau mengajari negara berkembang harus disiplin fiskal, Amerika juga harus disiplin fiskal. Jangan menambah utang. Kalau sekarang bernegosiasi menambah utang, jangka panjang bagaimana Amerika mengurangi utang,'' terangnya.
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, A. Tony Prasetyantono mengungkapkan, jika AS tidak berupaya mengontrol utangnya, krisis di zona euro berpotensi terjadi lagi. ''Krisis zona euro berawal dari utang pemerintah Yunani yang mencapai 160 persen terhadap PDB,'' ungkapnya.
Kendati demikian, Indonesia sementara mendapat sisi positif dari kemelut AS yang masih belum selesai tersebut. Tony optimistis Bank Sentral AS atau The Federal Reserve masih akan menjalankan stimulus moneter quantitative easing (QE).
JAKARTA - Berakhirnya shutdown (penutupan pemerintahan) di Amerika Serikat (AS) berdampak ekonomi sangat besar. Pemerintah AS harus menanggung
BERITA TERKAIT
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Bertemu Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan RI Dukung Penguatan Pasukan Perdamaian di Palestina
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Presiden Prabowo Mengungkapkan Kerinduannya
- Prabowo: Indonesia Dukung Energi Terbarukan & Pengurangan Emisi Karbon