Utang Menumpuk, Stres Berat, Kini Omzet Rp 200 Juta

Utang Menumpuk, Stres Berat, Kini Omzet Rp 200 Juta
Adang Muhidin, pembuat alat musik modern berbahan dasar bambu saat ditemui di Studio dan workshopnya di Cimahi Bandung, Selasa (4/4/2017). FOTO: JUNEKA/JAWA POS

Itu ditujukan untuk menjaga mutu. Bila produksi masal, dia khawatir kualitasnya menurun. Itu berbahaya untuk kelangsungan usaha kreatif Adang.

Memang, kualitas produk IBC sesuai dengan harganya yang juga cukup mahal. Gitar melodi, misalnya, dibanderol mulai Rp 8 juta, biola (Rp 2 juta), bas (Rp 9 juta), dan drum (Rp 20 juta).

’’Ini semua biar tetap eksklusif,’’ ungkap Adang yang merintis IBC sejak April 2013 setelah berganti-ganti komunitas.

Alat musik dari bambu karya Adang bukan sekadar aksesori atau miniatur. Tapi benar-benar alat musik yang bisa digunakan untuk bermain musik.

Bahkan, IBC punya grup band D’Bamboo Essential yang memainkan alat musik modern berbahan bambu.

Mereka sudah malang melintang tampil di luar kota Bandung hingga luar negeri seperti ke Yilan International Art Festival 2016 di Taiwan dan Borneo Cultural Festival di Sibu, Malaysia, September 2015.

’’Pertengahan Mei ini rencananya kami main di Malaysia. Lalu, September ke Rumania,’’ ungkapnya.

Setelah banyak bercerita di studio musik, Adang mengajak ke ruang workshop di sebelah kantor.

Bambu bisa menjadi barang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan, di tangan Adang Muhidin, bambu dikreasi menjadi alat musik modern.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News