Utang Revaluasi
Oleh Dahlan Iskan
Kekayaan itulah yang dikelola Ditjen Kekayaan Negara, di bawah Kementerian Keuangan. Yang menjabat dirjennya adalah orang Jombang tadi.
Kelihatannya Bu Sri perlu sersan –serius tetapi santai– agar orang tenang: jangan risau dengan utang negara yang terus meningkat itu. Kita ini sudah kaya.
Amerika saja yang kekayaannya ''hanya'' USD 4 triliun, berani utang sampai USD 27 triliun. Toh baik-baik saja. Masih juga berani terus berutang.
Sedang kita, dengan kekayaan Rp 10.500 triliun, utang kita baru Rp 6.000 triliun.
Pak Harto dulu juga begitu. Ketika Presiden Kedua RI itu dikritik diam-diam: Indonesia terlalu banyak punya utang luar negeri.
Pak Harto bilang kita tidak perlu khawatir. Kita punya banyak BUMN. Anak cucu tidak perlu bingung. Kalau kepepet-pepetnya BUMN itu bisa kita jual. Untuk membayar utang itu.
Bukan itu yang dikhawatirkan ahli seperti Dr Anthony Budiawan. Ekonom dari grup Kwik Kian Gie School Of Business itu mempersoalkan untuk apa kekayaan negara dibesar-besarkan –maksudnya dibuat besar lewat revaluasi aset negara.
Aset negara itu, tahun 2015 lalu, ketika Pak Jokowi mulai menjadi presiden, baru Rp 5.500 triliun. Tahun lalu, tiba-tiba menjadi Rp 10.500 triliun.