Utang RI, Sehat Tapi Boros

Utang RI, Sehat Tapi Boros
Utang RI, Sehat Tapi Boros
Rahmat menyebut, pada 2004, total utang Indonesia sebesar Rp 1.300 triliun dengan PDB Rp 2.295 triliun, sehingga rasio utang 57 persen. Kemudian, pada 2009, total utang Indonesia memang naik menjadi Rp 1.591 triliun, namun PDB juga naik pesat hingga Rp 5.613 triliun.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, naiknya jumlah utang tidak perlu dikhawatirkan terlalu berlebihan. Sebab, PDB juga terus naik. Bahkan, kenaikannya lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan utang. "Artinya, utang kita bisa dimanfaatkan untuk mendorong produktivitas, sehingga PDB naik," katanya.

Meski rasio utang pemerintah turun, bukan berarti itu lantas bisa dibanggakan. Menurut Dradjad, jika hanya dilihat dari rasio utang, kebijakan utang suatu negara tidak bisa disebut tepat atau tidak. "Sebab, rasio utang bisa misleading," ucapnya.

Dradjad mengatakan, rasio utang tidak menunjukkan kemampuan negara mendapatkan penerimaan melalui pajak yang digunakan membayar utang. Karena itu, untuk menilai apakah kebijakan utang suatu negara, harus pula dilihat tax ratio atau rasio penerimaan pajak terhadap APBN. "Tax ratio negara-negara maju di atas 30 persen. Indonesia berkutat di 12 persenan," sebutnya.

JAKARTA - Menjelang pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kebijakan pembiayaan defisit melalui utang selalu menjadi isu hangat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News