UU Penyiaran Digugat ke MK
Selasa, 18 Oktober 2011 – 15:30 WIB
JAKARTA - Koalisi Independen untuk Demokrasi Penyiaran (KIDP) meminta Mahkamah Konstitusi (MK) memperkuat Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Sebab, UU tersebut dinilai lemah sehingga sering kali disalahtafsirkan secara sepihak oleh para pemimpin media. Eko menilai, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama ini melakukan pembiaran terhadap adanya pemusatan penyiaran yang mensalahtafsirkan UU Penyiaran Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (4).
KIDP berpendapat, penyiaran merupakan suatu media yang menggunakan ranah publik yaitu frekuensi, yang seharusnya digunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Namun, pada prakteknya para pemimpin media penyiaran kerap memperjualbelikan frekuensi penyiaran dan menciptakan pemusatan kepemilikan bisnis penyiaran.
Sehingga KIDP berpendapat Undang Undang Penyiaran Nomor 32 tahun 2002 atas tafsir pasal 18 ayat 1, pasal 34 ayat 4 harus diperkuat. "Ada kesalahan penafsiran tentang pasal 18 UU Penyiaran Nomor 32 Pemerintah selama ini mempraktikan, pemusatan kepemilikan itu di bagian hukum penyiarannya. Sehingga holding seperti, MNC, EMTEK, PC Media diperbolehkan oleh pemerintah," kata koordinator KIDP, Eko Maryadi usai memasukan gugatan ke MK, Selasa (18/10).
Baca Juga:
JAKARTA - Koalisi Independen untuk Demokrasi Penyiaran (KIDP) meminta Mahkamah Konstitusi (MK) memperkuat Undang-Undang (UU) Nomor 32
BERITA TERKAIT
- Mengapa KPK Belum Menahan Paman Birin?
- Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Kecam Hadirnya RPMK dan PP 28/2024
- Judi Online Menciptakan Adiksi, Kemenkominfo Gencar Memblokir Aplikasi
- Polres Manggarai Respons Cepat Dugaan Penganiayaan di Poco Leok
- Lihat, Kardus Bermuka Paman Birin hingga Uang Rp12,1 Miliar
- PT Citra Mandiri Ciptakarya Rampungkan 3 Proyek RS Hermina Tepat Waktu