Ventilator Tengkurap

Ventilator Tengkurap
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Yang lagi dikembangkan itu adalah ventilator non-invasive. Yang tidak pakai perlubangan tenggorokan. Hanya lewat hidung.

"Itu sangat bermanfaat untuk situasi sekarang," ujar Dr Ike.

Justru alat seperti itu yang belum dimiliki oleh rumah-rumah sakit. Yakni ventilator non-invasive yang independen.

Memang RS kita juga memilikinya, tetapi fungsi itu menyatu di alat ventilator invasive. Yang, ehm, yang mahal itu. Dan yang harus ditempatkan di ruang ICU itu.

Di alat itu ada mode invasive dan mode non-invasive.

Sebaiknya, kata dr Ike, penanganan pasien saat ini harus lebih fokus di stage II. Itu disebut juga tahap sedang (moderate). "Agar pasien tidak jatuh ke stage III," ujar Dr Ike. Kalau sudah masuk tahap III (severe) penanganannya harus di ICU dan lebih sulit.

"Salah satu usaha di tahap II ini adalah ventilator non-invasive itu," ujar Dr Ike. "Itu bisa mencegah hipoksemia," tambahnya.

Hipoksemia adalah sesak nafas akibat kurangnya oksigen dalam saluran darah.

Ventilator kini memang jadi pembicaraan di media Barat. Banyak penderita Covid-19 yang ditolong dengan ventilator justru meninggal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News