Vier Abdul Jamal
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - SAYA juga suka membaca buku tentang tokoh bisnis: termasuk buku Vier Abdul Jamal ini. Sudah dicetak ulang tiga kali. Kulit muka bukunya: foto Vier sendiri. Ia mengenakan busana ningrat Jawa yang lagi memegang dua tokoh wayang: Semar dan Petruk.
Vier orang NTT. Atau Papua. Atau Pontianak –campuran dari semua itu. Bahwa ia tampil dalam pakaian Jawa itu untuk berterima kasih pada Jawa: usahanya berkembang pesat di pulau Jawa. Yang ia maksud dengan pulau Jawa adalah Jakarta.
Buku ini menyebut Vier sebagai legenda pasar modal Indonesia. Legenda. Ia kaya berkat dari perdagangan saham: ketika uang Rp 1 miliar pun belum pernah punya, tiba-tiba dapat uang ratusan miliar.
Saya bertemu Vier hari Minggu sore lalu. Di kantornya yang elegan. Yang dipaksa buka di hari libur. Di Kebayoran Baru Jakarta. Istrinya, Maya, ikut nimbrung. Sang istri lulusan akuntansi Universitas Airlangga. Mereka punya anak empat orang.
Vier ternyata seperti pengusaha sukses pada umumnya: pernah diempaskan gelombang besar. Sangat besar. Bagi saya gelombang yang menggulung Vier itu terlalu besar. Terlalu menakutkan: sampai jadi buron interpol.
Awalnya Vier akan ditangkap di Jakarta. Beberapa jam sebelumnya ia menerima telepon dari seorang temannya.
"Anda sedang membawa paspor?" tanya teman itu.
"Paspor selalu saya bawa," jawab Vier.