Vier Abdul Jamal

Oleh: Dahlan Iskan

Vier Abdul Jamal
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mimpi Kapten Rivai terus hidup di Sorong. Kebetulan ayahnya tidak punya uang untuk membiayai Vier kuliah. Maka masuklah Vier ke akademi pelayaran. Yang biaya kuliahnya sangat murah: disubsidi kementerian perhubungan.

Setelah punya uang dari pekerjaannya di kapal, Vier ingin banting stir. Ia ingin kaya. Ia selalu berdoa di akhir tahajudnya: agar diberikan rezeki sederas aliran sungai dan seluas samudera.

Doa itu dikabulkan. Ia kaya raya. Rupanya ia lupa berdoa yang satu ini: agar jangan sampai jadi buron interpol.

Tidak ada orang yang bisa kaya hanya menjadi pegawai. Kecuali sambil jadi maling. Maka ia ingin jadi pengusaha. Dan jalan untuk cepat kaya haruslah lewat bisnis di bidang keuangan.

Maka ia kuliah finance. Di Amerika Serikat. Lalu bekerja di perusahaan keuangan di sana. Setahun penuh pekerjaan pertamanya hanya mengkliping berbagai laporan keuangan perusahaan. Ia jenuh. Minta pindah bagian.

"Boleh, tetapi tidak di Amerika," ujar bosnya.

"Di mana?"

“Di cabang Hong Kong".

Meski buron interpol, Vier Abdul Jamal tidak mendapat masalah di imigrasi. Inilah buron interpol yang bebas mondar-mandir Singapura-Malaysia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News