Vier Abdul Jamal
Oleh: Dahlan Iskan
Pengacara Vier terus berjuang ke interpol. Sampai ke pusatnya. Di Lyon, Prancis. Tetapi namanya masih terus muncul di daftar buron interpol.
Ia hafal benar: tertera di halaman 14. Nomor 3 dari atas. Di situ tertera namanya jelas. Ada fotonya yang ganteng. Yakni foto dengan mata yang khas: agak juling.
Mata seperti itu yang ia anggap berkah: bisa melihat peluang lebih baik. Juga bisa melihat empat layar komputer sekaligus. Yakni komputer yang menampilkan daftar harga saham di bursa-bursa berbagai negara.
Waktu terus bergulir. Kesuma sakit parah. Transplantasi hati. Gagal. Meninggal.
Setelah berdamai dengan anak-anak Kesuma, urusan polisi Vier selesai. Ia di-SP3. Ia bisa pulang. Syaratnya: ia harus menandatangani satu dokumen. Yakni bahwa ia tidak akan menuntut apa pun ke pemerintah Indonesia.
Waktu sudah mepet. Sudah pukul 13.00. Pesawat yang akan membawanya pulang ke Jakarta pukul 15.00. Ia bingung. Antara mau tanda tangan atau tidak. Ia bisa punya peluang minta ganti rugi Rp 1,2 triliun.
Akhirnya ia putuskan tanda tangan. Ia mengatakan lebih cinta tanah air daripada uang itu.
Di tanah air ia masih punya ibu. Sudah tua. Ia terbayang kalau sampai ibunya meninggal jangan sampai ia tidak bisa mengangkat jenazah sang ibu ke liang lahat.