Virus Corona Masih Perkasa Menekan Pergerakan Rupiah
jpnn.com, JAKARTA - Rupiah hari ini, Jumat (21/2), ditutup melemah 10 poin menjadi Rp 13.760 per dolar AS, berbanding hari sebelumnya Rp 13.750 per dolar AS.
Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah masih dipengaruhi kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona memang mengkhawatirkan.
Saat ini jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 76.215 orang. Korban jiwa terus bertambah menjadi 2.247 orang.
"Virus Corona memang berasal dan paling banyak menyerang di China. Namun perlu dicatat, virus ini sudah menyebar ke 28 negara dan menciptakan kepanikan," ujar Ibrahim.
Daegu, salah satu kota manufaktur yang penting di Korea Selatan, di mana terdapat banyak industri tekstil, logam, sampai mesin, sekarang industri-industri di wilayah tersebut tidak berfungsi dan menganggur. Tidak hanya rantai pasok yang rusak, tetapi ada ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena pabrik tidak beroperasi.
"Dampak ekonomi semacam ini yang paling dikhawatirkan dari Virus Corona. Produksi yang terhambat tidak hanya terjadi di China, tetapi sudah dirasakan di negara lain," kata Ibrahim.
Dampak Virus COVID-19 juga dirasakan oleh Indonesia. Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), potensi kehilangan devisa dari pariwisata mencapai 1,3 miliar dolar AS.
Sementara itu, dari sisi logistik, dampak di sisi ekspor ialah 0,7 miliar dolar AS dan impor 0,7 miliar dolar AS. Kemudian ada dampak penundaan investasi, khususnya dari China, yang diperkirakan bernilai 0,4 miliar dolar AS.
Rupiah hari ini, Jumat (21/2), ditutup melemah 10 poin menjadi Rp 13.760 per dolar AS, berbanding hari sebelumnya Rp 13.750 per dolar AS.
- Waspadai Penularan Covid-19 Varian ERIS saat Nataru, Begini Gejalanya
- Dinkes Sumsel Minta 2.000 Vial Vaksin Sinovac ke Kemenkes
- FBI Percaya Covid-19 Lahir di Fasilitas Milik China Ini
- Kurs Rupiah Hari Ini Menggeliat, tetapi Tekanan Masih Kuat
- Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, Inilah Pemicunya
- Dua Bayi di Manado Sulut Positif Covid-19