Virus Corona Mengganas, Rupiah Anjlok
jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada awal pekan ini ditutup anjlok hingga 87 poin menjadi Rp 13.742 per dolar AS. Penurunan masih dipengaruhi mengganasnya penyebaran virus corona.
"Penyebaran virus corona meningkatkan kekhawatiran atas kemampuan China untuk menahan wabah tersebut, yang dapat menghambat pertumbuhan global," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Senin (3/2).
Virus corona telah menginfeksi hampir 10.000 orang di seluruh dunia dan jumlah kematian di Tiongkok sendiri mencapai 213 orang.
Berpusat di Tiongkok, kasus infeksi Virus Corona juga dilaporkan terjadi di negara-negara lain. Hingga akhir pekan lalu, setidaknya sebanyak 25 negara telah mengonfirmasi terjadi infeksi virus corona di wilayah mereka.
Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada, termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan terjadi infeksi virus corona.
Dari domestik, inflasi Januari 2020 tercatat sebesar 0,39 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender juga tercatat 0,39 persen (ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 2,68 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp 13.672 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.672 per dolar AS hingga Rp 13.742 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 13.726 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 13.662 per dolar AS. (antara/jpnn)
Nilai tukar rupiah pada awal pekan ini ditutup anjlok hingga 87 poin menjadi Rp 13.742 per dolar AS. Penurunan masih dipengaruhi mengganasnya penyebaran virus corona.
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha
- Rupiah Anjlok Lagi, Per USD Tembus Rp 16.313
- Investor Ketar-Ketir soal Perang Dagang, Rupiah Hari Ini Ditutup Ambruk 58 Poin
- Rupiah Hari Ini Makin Ambyar Terpengaruh IHK Amerika
- Sentimen Negatif Trump Bikin Rupiah Hari Ini Ambrol 62 Poin
- Efek Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Rupiah Hari Ini Cerah
- Rupiah Ditutup Melemah 22 Poin, 'Kabinet Obesitas' jadi Faktor Pemicu