Virus Taki

Oleh: Dahlan Iskan

Virus Taki
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya sudah kenal Taki sejak lama sekali. Lebih 30 tahun. Sejak masih sama-sama muda.

Dia juga pernah menemani saya ke Kochi. Yakni satu pulau yang juga satu provinsi Kochi. Letaknya di selangkangan teluk Osaka. Ada tiga jembatan panjang menuju pulau Kochi sehingga tidak terasa sebagai pulau terpisah.

Pekan lalu Taki-san ke rumah saya lagi. Mampir. Dia menjajaki kemungkinan pelaksanaan review serupa di Surabaya.

Taki-an juga sudah ke Pariaman, Sumatera Barat. "Pak Bupati Pariaman juga antusias. Beliau minta dilakukan di sana," ujar Taki-san.

Taki pintar berbahasa Indonesia. Dia pernah jadi dosen sastra Jepang di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dua setengah tahun mengajar di sana. Sekalian berkenalan dengan bahasa Indonesia.

Taki lalu bekerja di kedutaan Jepang di Jakarta. Dan sekarang jadi freelancer untuk banyak lembaga di Jepang, terutama yang ada hubungan dengan Indonesia.

Saya ajak Taki ikut bangun subuh di Surabaya. Sekalian ikut senam dansa bersama grup olahraga saya. Yakni di halaman Rumah Gadang yang luas yang dibangun masyarakat Minang di Jatim.

Taki juga selalu membantu sekolah putri di Padang Panjang. Diniyah Putri.

Setelah berjalan di Jepang lebih 15 tahun, kini dicoba diterapkan di Indonesia. Yang membawa virus itu ke sini adalah seorang wanita bernama Taki Kitada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News