Vivo 1000
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
jpnn.com - "TADI isi bensin, kok beda ya harganya. Yang di Karawang tadi Rp 7000-an. Di Sragen ini kok Rp 10 ribuan ya....".
Teman saya itu dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Ia tidak memonitor berita. Ia tidak tahu ada kenaikan harga BBM, mendadak, ketika ia berada di tengah perjalanan dari Karawang ke Sragen. Di hari Sabtu lalu.
Ia jadi saksi betapa mendadak pengumuman itu. Di akhir pekan pula.
Saya jadi ingat Pak Jusuf Kalla. Cara seperti itu telah menjadi bagian dari kecerdikannya.
Pernah pada zaman Pak JK, harga BBM diumumkan justru di hari akhir menjelang bulan puasa.
Zaman Pak JK menjabat wakil presiden itu demo pasti meledak di setiap kenaikan harga bahan bakar minyak. Maka momentum mengumumkannya menjadi penting.
Di bulan puasa konsentrasi umat beribadah. Berpuasa. Pun akhir pekan. Potensi demo turun drastis. Perhatian masyarakat di akhir pekan adalah pada liburan.
Sayangnya medsos tidak mengenal puasa. Juga tidak mengenal hari libur akhir pekan. Maka keributan tetap terjadi. Di medsos. Hanya di medsos. Toh akhirnya kenaikan harga BBM itu harus diterima.
Di saat Pertamina menaikkan harga BBM di stasiunnya, stasiun bensin satu ini justru menurunkannya: SPBU Vivo di Jakarta selatan. Baru satu itu. Milik asing.
- Kejagung Diminta Masukkan Kerugian Masyarakat dalam Kasus Minyak Mentah
- Dirut Pertamina Minta Maaf ke Masyarakat: Kami akan Bekerja Lebih Baik Lagi
- Pertamax Oplos
- Kualitas BBM Pertamina Diuji Ketat Sesuai Standar Ditjen Migas, Masyarakat tak Perlu Khawatir
- Proses Blending Bahan Bakar Diperlukan untuk Jaga Kualitas & Performa Mesin Kendaraan
- Doa Sritex