Voice of Baceprot Jadi Band Indonesia Pertama yang Tampil di Festival Glastonbury
Selain manggung di festival bergengsi dunia tersebut, masing-masing anggota VOB mengatakan tidak sabar lagi untuk bertemu dan mengajak 'selfie' dengan musisi idola mereka.
Penampilan yang membawa misi
VOB mengaku selalu bersemangat saat mendapat kesempatan manggung, terlebih jika di luar negeri dengan penonton yang masih belum memahami soal hijab dan Islam.
Terutama di negara-negara barat, di mana Islam sering mendapat citra yang buruk akibat pemberitaan dan penggambaran di media.
"Misal di US, di Europe, yang dikenal justru orang-orang Islam yang kasar dan konservatif. Padahal itu bukan salah ajarannya, tapi kembali ke orangnya."
"Nah kita pengen membawa citra Islam yang baru, bahwa kita tidak seperti itu. Kita tidak anarkis, kita membawa pesan-pesan perdamaian lewat musik kita."
Sejak kemunculannya di tahun 2017, Voice of Baceprot langsung menarik perhatian dunia yang bahkan mendapat julukan "band metal yang dibutuhkan dunia saat ini", oleh majalah rock Metal Hammer.
Tentu bukan hijab yang dikenakan Marsya, Widi, dan Siti, atau citra Islam yang ingin mereka angkat ke atas panggung, kesuksesan mereka adalah lagu-lagu yang dibawakan banyak berbicara soal perasaan, kemanusian, lingkungan hingga kesetaraan.
Menurut mereka, musik rock memiliki kesamaan dengan Islam, yang sama-sama dianggap memiliki sisi gelap atau buruk.
Pekan depan, Voice of Baceprot akan berangkat ke Inggris untuk tampil di festival musik Glastonbury
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Kabar Australia: Pekerja Qantas Mogok Kerja Seharian, Minta Naik Gaji
- Dunia Hari Ini: Australia Ikut Mendukung Gencatan Senjata di Gaza
- Kabar Australia: Lebih Banyak Pria Gen-Z Australia yang Mengaku Religius Ketimbang Perempuan
- Dunia Hari Ini: Mobil Dibakar Dalam Serangan Antisemitisme di Australia