Voice of Baceprot Jadi Band Indonesia Pertama yang Tampil di Festival Glastonbury
Padahal menurut mereka, itu hanyalah persepsi yang salah dari mereka yang tidak paham.
Misalnya, musik rock yang dianggap dekat dengan dunia narkoba atau pergaulan yang buruk, yang menurut mereka tergantung dari "pinter-pinternya memilih lingkaran pertemanan dan lingkungan".
"Kita justru mengenal toleransi, terus kita juga bisa belajar isu-isu kaya kesetaraan, humanity, setelah kita bermusik," ujar Marsya.
Beralih menjadi band indie
Voice of Baceprot mengaku baru saja berpindah menjadi band 'indie', sehingga seolah-olah memulai segalanya dari awal.
"Jadi kalau temen-temen kebingungan dapet info kita sekarang di mana, bisa kunjungin website kita, terus juga sosial media juga di Instagram dan Facebook, di Spotify juga udah ada," jelas Marsya.
Voice of Baceprot tidak menjelaskan alasan mengapa mereka meninggalkan jalur musik mainstream, tapi mereka mengaku pernah berada di titik "sangat membenci industri, karena industri memang sejahat itu".
Salah satunya adalah pengalaman mendapat perlakuan diskriminatif, yang menjadi "hal yang normal" bagi perempuan, terlebih berhijab, di industri musik metal rock.
Misalnya, mereka pernah diminta untuk membuka hijab jika ingin bergabung industri musik metal hingga dianggap kurang maskulin.
Pekan depan, Voice of Baceprot akan berangkat ke Inggris untuk tampil di festival musik Glastonbury
- Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?
- Dunia Hari Ini: Donald Trump Menjadi 'Person of the Year' Majalah Time
- Kabar Australia: Pekerja Qantas Mogok Kerja Seharian, Minta Naik Gaji
- Dunia Hari Ini: Australia Ikut Mendukung Gencatan Senjata di Gaza
- Kabar Australia: Lebih Banyak Pria Gen-Z Australia yang Mengaku Religius Ketimbang Perempuan
- Dunia Hari Ini: Mobil Dibakar Dalam Serangan Antisemitisme di Australia