Wabah Virus Corona Berpotensi Rusak Stabilitas Ekonomi Indonesia
Ia mengatakan pemerintah juga perlu berkaca dari kasus wabah SARS pada 2003, yang mampu mempengaruhi perekonomian Tiongkok serta negara lain seperti Hong Kong.
Ia menjelaskan kasus SARS saat itu berlangsung selama delapan bulan, dengan menelan korban jiwa sebanyak 800 orang serta mencetak 8 ribu kasus yang 80 persennya terjadi di China dan Hong Kong.
“Itu menyebabkan ekonomi China turun di sekitar kuartal pertama 2 persen selanjutnya 1 persen. Rata-rata turunnya 1 persen. Tapi waktu itu China ekonominya dari 11 persen jadi 10 persen,” katanya.
Mari menuturkan pada kasus virus corona yang baru berlangsung sekitar dua bulan ini telah mampu menyebabkan 300 orang meninggal, 17 ribu kasus, serta menyebar ke 24 negara.
“Kalau kita asumsi dia polanya mirip SARS tentunya akan ada dampak pada perekonomian China dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi global,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Mari mengimbau agar pemerintah dapat mengantisipasi risiko-risiko virus corona seperti kesigapan untuk mendeteksi dan melakukan karantina jika ada yang terkena virus.
Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempertimbangkan penghentian impor barang dari China terutama untuk hewan sebab tidak semua produk membawa virus corona.
“Nah ini apakah kita harus mencari pasar yang baru untuk antisipasi,” katanya. (antara/jpnn)
Ekonom Senior Mari Elka Pangestu, menyebutkan virus corona berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian Tiongkok, dan imbasnya ke perekonomian Indonesia.
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha
- Jaga Ketahanan Energi & Dukung Stabilitas Perekonomian, Pertamina Dinilai Bijak Mengambil Keputusan
- Waspadai Penularan Covid-19 Varian ERIS saat Nataru, Begini Gejalanya
- Dinkes Sumsel Minta 2.000 Vial Vaksin Sinovac ke Kemenkes
- FBI Percaya Covid-19 Lahir di Fasilitas Milik China Ini
- Laju Pertumbuhan Ekonomi Terus Membaik, Jokowi Dinilai Mampu Jaga Stabilitas
- Dua Bayi di Manado Sulut Positif Covid-19