Waduh, Calon Investor Masih Meragukan Proyek IKN

'Tingkat risiko kegagalan yang tinggi'
Pada bulan Maret, pemerintah Indonesia mengungkapkan serangkaian insentif baru untuk mencoba memikat investor dalam proyek tersebut.
Insentif tersebut antara lain penghapusan pajak perusahaan untuk perusahaan di beberapa sektor yang berinvestasi setidaknya 10 miliar rupiah selama 10 sampai 30 tahun.
Selain itu, ada juga potongan pajak bagi perusahaan asing yang memindahkan kantor pusatnya ke Nusantara, dan juga kepada perusahaan keuangan yang didirikan di zona khusus.
Pemerintah juga mengatakan akan memberikan hak atas tanah selama 95 tahun, dapat diperpanjang dengan periode yang sama – jauh lebih lama daripada di tempat lain di Indonesia.
Terlepas dari insentif ini, masih belum ada investasi yang pasti di ibu kota baru, menurut Sulfikar Amir, profesor dari Nanyang Technological University di Singapura.
"Ini membangun kota in the middle of nowhere [antah-berantah], di tengah hutan, yang benar-benar baru. Saya sebenarnya sangat skeptis," kata Sulfikar.
"Pemerintah Indonesia tidak punya pengalaman membangun kota dari nol di tanah kosong. Jadi ini pekerjaan yang luar biasa tinggi tingkat risiko kegagalannya."
Tahun lalu, investor besar Jepang, Softbank menarik diri dari komitmen investasi untuk proyek tersebut, sehingga memaksa Indonesia untuk mencari dukungan finansial dari negara lain.
Joko Widodo pulang dari Sydney membawa janji bantuan lebih banyak dari Australia untuk rencana membangun Ibu Kota Nusantara, namun masih belum ada kesepakatan investasi
- Menteri Prabowo Temui Jokowi, Jubir PSI: Silaturahmi Idulfitri kok Dicurigai?
- Menteri Prabowo Temui Jokowi, PSI: Itu Tradisi Demokrasi
- Menteri Merapat ke Rumah Jokowi, Muzani Gerindra: Pak Prabowo Tidak Merasa Terganggu
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Idrus Yakin Tidak Ada Matahari Kembar, Cuma Upaya Membenturkan Prabowo dan Jokowi