Waduk Ciawi Bukan Solusi Akhir

Waduk Ciawi Bukan Solusi Akhir
Waduk Ciawi Bukan Solusi Akhir
Menurut Joko, pemantauan bisa dilakukan di tingkat daerah dengan menganalisa perkembangan anak sungai. Melalui analisa itu, dapat terpantau pola aliran sungai. Selanjutnya, sistem dam anak sungai juga harus diterapkan di tiap pertemuan anak sungai dengan sang induk, hingga perbatasan Bogor-Depok.

“Konsekuensin ya kita harus bebaskan tanah masyarakat. Dengan adanya dam kecil di tiap anak sungai, kita bisa menahan air sungai, juga menambah riset,” ungkapnya.

Sekadar diketahui, Bogor memiliki pintu air Katulampa sebagai sistem informasi dini mengantisipasi bahaya banjir dari Sungai Ciliwung untuk wilayah Jakarta. Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini, menjadi tolak ukur durasi waktu sampainya air hulu Ciliwung ke Ibu Kota. Sehingga, masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran Sungai Ciliwung dapat mengantisipasi sedini mungkin datangnya air bah yang akan melewati daerah mereka.

Semua catatan ini dilaporkan lkepada pihak terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, pos pemantau ketinggian air Ciliwung di Depok, dan petugas Pintu Air Manggarai, serta Pemerintah Kota Bogor. Selain fungsi pantauan, bendung ini memiliki fungsi lain sebagai sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendungan. Pada saat musim hujan, bendungan ini bisa dilewati air dengan rekor debit 630 ribu liter air per detik atau ketinggian 250 centimeter yang pernah terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, dan 2010.

BOGOR- Pembangunan Waduk Ciawi bukanlah solusi final mengatasi banjir Jakarta. Kalimat itu ditegaskan Pemerhati Tata Ruang, Joko Pitoyo. Menurutnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News